PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Ada
tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan), dhai’ful iiman(lemahnya
iman), dan taqliid (ikut-ikutan
secara membabi-buta).
Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik.
Karenanya masyarakat sebelum datangnya Islam disebut dengan masyarakat
jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam
kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat syirik.
Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecenderungan berbuat
syirik semakin kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun
selalu menjadi rujukan utama. Mengapa? Sebab mereka bodoh, dan dengan
kobodohannya mereka tidak tahu bagaimana seharusnya mengatasi berbagai
persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya para dukun sebagai narasumber yang
sangat mereka agungkan.
Penyebab
kedua perbuatan syirik adalah dhai’ful iimaan (lemahnya
iman). Seorang yang imannya lemah cenderung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut
kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan
oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. Ketika seseorang dibimbing oleh
hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan
syirik seperti memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang ke
kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden, atau
selalu merujuk kepada para dukun untuk suapaya penampilannya tetap memikat hati
orang banyak.
Taqliid sebab yang ketiga. Al-Qur’an selalu
menggambarkan bahwa orang-orang yang menyekutukan Allah selalu memberi alasan
mereka melakukan itu karena mengikuti jejak nenek moyang mereka. Allah
berfirman,“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata,
‘Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah
menyuruh kami mengerjakannya.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh
(mengerjakan) perbuatan yang keji.’ Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah
apa yang tidak kamu ketahui?” (QS.
Al-A’raf: 28).
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
penyebab terjadinya syirik?
2. Apa
akibat dari perbuatan syirik?
3. Bagaimana
cara menghindari perbuatan syirik?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui penyebab terjadinya syirik.
2. Untuk
mengetahui akibat dari perbuaan syirik.
3. Untuk
mengetahui cara menghindari perbuatan syirik.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syirik
Syirik dari segi bahasa artinya
mempersekutukan, secara istilah adalah perbuatan yang mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang lain.[1] Orang
yang melakukan syirik disebut musyrik. Seorang musyrik melakukan suatu perbuatan
terhadap makhluk (manusia maupun benda) yang seharusnya perbuatan itu hanya
ditujukan kepada Allah seperti menuhankan sesuatu selain Allah dengan
menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya, menaatinya, atau melakukan
perbuatan lain yang tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah SWT.
Perbuatan
syirik termasuk dosa besar. Allah mengampuni semua dosa yang dilakukan
hambanya, kecuali dosa besar seperti syirik. Firman Allah SWT:
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisaa’: 48)
B. Macam- macam syirik
Syirik
akbar ialah dosa besar yang tidak akan mendapatkan ampunan
Allah. Pelakunya tidak akan masuk surga untuk selamanya.
Syirik
asgar ialah termasuk dosa besar yang dikhawatirkan
pelakunya akan meninggal dalam keadaan kufur, jika Allah tidak mengampuninya
dan selama dia tidak bertaubat kepadaNya sebelum meninggal.
1.
Syirik Akbar (Besar)
Syirik akbar ada dua macam, yaitu Dzahirun Jali
(tampak nyata) dan Batinun Khafi (tersembunyi).
a. Menyembah
kepada selain Allah
Di
antara syirik akbar yang jali ialah beribadah kepada sesembahan lain di samping
menyembah Allah.
b. Meminta
Pertolongan Kepada Orang Mati
Di
antara syirik Akbar khafi ialah bedoa
kepada orang mati dan kuburan orang-orang besar. Sebab yang mengakibatkan
tersembunyinya syirik tersebut :
·
Karena mereka tidak mengindetikkan doa
mohon lindungan kepada kuburan tersebut sebagai ibadah. Padahal doa itulah
adalah ruh ibadah
·
Mereka berkeyakinan bahwa orang mati
yang ditempati untuk berdoa itu bukanlah tuhan, karena mayit itu sama dengan
mereka. Tetapi orang mati itu hanya sebagai perantara yang menghubungkan mereka
dengan Allah. Keyakinan seperti itu timbul akibat kurangnya pemahaman tentang
Allah. Keyakinan seperti itulah yang menjerumuskan kaum musyrikin pada masa
lalu, ketika mereka melukiskan tentang tuhan-tuhan dan berhala-berhala mereka
“Kami tidak menyembah
mereka, melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.”
(QS. Az-Zumar39:3)
“Mereka menyembah
selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka dan juga
tidak memberikan manfaat dan mereka berkata : Mereka itu adalah pemberi syafaat
kepada kami di sisi Allah.” (QS. Yunus 10:18)
Allah
SWT tidak membutuhkan perantara karena Dia dekat dengan manusia.
“Dan apabila
hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah(, bahwa Aku dekat
(dengan mereka).” (QS. Al-Baqarah 2:186)
c. Mengangkat
Pembuat Undang-undang Selain Allah
Di
antara perbuatan syirik besar yang tampak dan tidak tampak pada kebanyakan
manusia ialah menjadikan selain Allah sebagai pembuat Undang-undang atau
mencari hukum selain hukum Allah. Mereka memberi wewenang kepada beberapa orang
guna membuat undang-undang yang absolut bagi mereka atau bagi orang lain.
Dengan wewenang itu mereka membuat hukum halal dan haram sesuai dengan kemauan
sendiri. Membuat sistem, aturan, metode kehidupan dan idealisme yang berlawanan
dengan syari’at Allah. Kemudian orang lain mengikutinya seolah-olah hukum itu
berasal dari langit yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar sedikit pun.
Padahal yang berhak membuat undang-undang bagi ciptaanNya hanyalah Allah
sendiri.
Alam
adalah kerajaan Allah. Jika ada di antara hamba menganggap ada seseorang yang
mempunyai hak memerintah dan melarang serta membuat undang-undang tanpa seizing
pemilik dan penguasa kerajaan, berarti dia telah menjadikan sekutu bagiNya.
Sebab
itu Al-Qur’an memvonis Ahli Kitab sebagai musyrik [Mereka (pastur dan pendeta)
itu telah mengharamkan sesuatu yang halal dan menghalalkan sesuatu yang haram,
kemudian mereka mengikutinya. Yang demikian itulah bentuk penyembahan kepada
mereka]
“Mereka menjadikan
orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (mereka
juga) mempertuhankan al-Masih putra Maryam, padahal mereka disuruh menyembah
Tuhan yang Maha Esa. Tidak
ada tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan.” (QS.
At-Taubah 9:31)
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain
Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS.
As-Syura 42:21)
2.
Syirik Asgar (Kecil)
a. Bersumpah
Dengan Selain Allah
Seperti
bersumpah dengan nama nabi, dengan seorang wali, dengan seorang pembesar,
dengan tanah air, dengan nenek moyang, atau dengan makhluk Allah
lainnya. Bersumpah adalah pengangungan sesuatu yang digunakan untuk bersumpah.
Padahal yang harus diagungkan dan disucikan itu hanya Allah.
“Siapa yang bersumpah,
hendaklah bersumpah dengan nama Allah atau diam.” (HR. Muslim)
“Dan siapa yang
bersumpah dengan selain nama Allah, maka dia telah kufur atau syirik.” (HR.
Tirmidzi dan dihasankannya)
b.
Meyakini
suatu benda memiliki kekuatan gaib
Tauhid tidak bertentangan dengan sebab ciptaan Allah
dalam alam ini. Seperti obat untuk penyembuhan, senjata untuk menjaga diri,
dll. Tetapi bila menempuh cara lain yang dapat mengakibatkan pengaruh
tersembunyi yang tidak disyari’atkan oleh Allah untuk menghilangkan penderitaan
atau menjaga diri dari bahaya, maka perbuatan tersebut sudah bertentangan
dengan tauhid.
“Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada
Allah, kecuali dalam keadaan menyekutukan Allah.”(QS. Yunus 10:106)
c. Menggantung
Azimat
Azimat
yaitu benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib yang dapat menyembuhkan atau
menghindarkan pemakainya dari bahaya. Perbuatan seperti ini termasuk syirik karena
mengandung unsure meminta terhindar dari bahaya kepada selain Allah.
“Jika Allah menimpakan suatu bahaya kepadamu, maka
tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Jika Dia mendatangkan
kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-An’am
6:17)
Ada pula azimat seperti tulisan atau gambar.
Menghilangkan perbuatan ini merupakan kewajiban bagi setiap orang yang mampu.
Bila azimat itu ditulis dari ayat-ayat Al-Qur’an
atau mengandung Asmaul Husna, apakah termasuk dilarang? Para ulama salaf
berbeda pendapat. Tetapi pendapat yang kita terima ialah melarang pemakaian
seluruh bentuk azimat, meskipun dibuat dari ayat-ayat Al-Qur’an. Dalilnya
sbb :
1. Karena
keumuman lafaz hadis yang melarang penggunaan azimat, dan tidak disebutkan
pengecualiannya
2. Sebagai
saddud zariah (tindakan prefentif). Karena memberi keringanan bagi
penggunaan azimat yang dibuat dari ayat-ayat Al-Qur’an itu, berarti membuka
pintu penggunaan azimat lain. Bila pintu kejahatan telah terbuka, maka sulit
bagi kita untuk menutupnya
3.
Karena
bisa menjurus kepada penghinaan Al-Qur’an. Sebab kadangkala pemakainya memasuki
tempat-tempat bernajis seperti ketika membuang hajat.
4. Menganggap rendah ayat-ayat Al-Qur’an dan
bertentangan dengan apa yang termuat didalamnya. Sebab, Allah menurunkan
Al-Qur’an untuk menjadi petunjuk bagi manusia, serta menyelamatkan mereka dari
kegelapan kepada cahaya. Bukan untuk dijadikan azimat
d. Mantera
Mantera ialah mengucakan kata-kata tertentu agar
dapat menolak kejahatan dan mendapatkan kekuatan gaib dengan bantuan jin.
Mantera yang diharamkan ialah lafaz yang mengandung ucapan meminta pertolongan
selain kepada Allah, atau ucapan yang kadangkala mengandung makna kekufuran dan
kemusyrikan. Adapun selain itu, tidak ada halangan membaca mantera.
Ulama telah membolehkan bermantera bila terdapat
tiga persyaratan sebagai berikut : dengan kalamullah (ayat-ayat Al-Qur’an) atau
dengan nama-nama Allah atau sifat-sifatNya, dengan bahasa Arab atau lainnya
yang dapat dipahami maksudnya, berkeyakinan bahwa mantera itu sendiri tidak
berpengaruh, tetapi semuanya itu ditentukan oleh Allah SWT.
e. Sihir
Sihir ialah semacam cara penipuan dan pengelabuan
yang dilakukan dengan cara memantera, menjampi dll. Perbuatan ini termasuk
syirik karena ia mengandung makna meminta tolong kepada selain Allah, yakni
meminta bantuan jin. Al-Qur’an mengajari kita untuk berlindung diri kepada
Allah dari bahaya sihir dan tukang sihir
“Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang
menghembus pada buhul-buhul.” (QS. Al Falaq 113:4)
Perbuatan sihir adalah haram. Orang yang mempercayai
sihir dan datang ke tukang sihir untuk melakukan penyihiran adalah orang-orang
yang ikut berdosa bersama tukang sihirnya.
f. Ramalan
Salah
satu bentuk sihir adalah ramalan. Yaitu anggapan mengetahui dan melihat
rahasia-rahasia masa depan berupa kejadian umum atau khusus atau pun nasib
seseorang, melalui perbintangan dsb.
“Siapa yang mempelajari salah satu cabang dari
perbintangan, maka dia telah mempelajari sihir.” (HR. Abu Daud
dengan sanad sahih)
g. Guna-guna
“Sesungguhnya mantera, azimat dan guna-guna itu
adalah perbuatan syirik.” (HR. Ibnu Hibban)
h. Dukun
dan Tenung
Dukun
ialah orang yang menganggap dirinya dapat memberitahukan tentang hal-hal gaib
pada masa datang, atau apa yang tersirat dalam naluri manusia. Tukang tenung
ialah nama lain dari peramal dan dukun. Semua yang gaib itu hanyalah Allah yang
mengetahuinya.
“Katakanlah: Tidak ada
seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara gaib kecuali Allah.”
(QS. An Naml 27:65)
“(Dia adalah Tuhan)
yang mengetahui yang gaib maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun
tentang yang gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya.” (QS. Al-Jin
72:26-27)
“Katakanlah: Aku tidak
kuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali
yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku
membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan.
Aku hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang
beriman.” (QS. Al A’raf 7:188)
Bangsa
jin tempat mereka meminta bantuan dengan perbuatan sihir dan tenung itu tidak
mempunyai kemampuan untuk mengetahui yang gaib.
“Maka ketika ia
tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib,
tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan” (QS. Saba’
34:!4)
i.
Bernazar (berjanji) Kepada Selain
Allah
Nazar adalah ibadah dan taqarrub (pendekatan
diri) kepada Allah, dan beribadah itu hanya kepada Allah.
“Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang
kamu nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Tidak
ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang berbuat zalim.” (QS. Al-Baqarah
2:270)
Ada
orang yang jika sakit atau kehilangan sesuatu bernazar kepada kuburan
orang-orang alim. Hal ini adalah haram, karena :
1. Nazar
tersebut ditujukan kepada makhluk. Bernazar untuk makhluk hukumnya haram.
Sebab nazar adalah ibadah yang tidak
boleh ditujukan kepada makhluk
2. Tempat
menyampaikan nazarnya adalah mayat yang tidak memiliki kemampuan apa pun.
3. Dia
menganggap bahwa orang mati itu dapat memberi keputusan terhadap suatu
persoalan di samping Allah. Sedangkan yang mempercayainya berarti berbuat
kekufuran.
Demikian
pula perbuatan yang dilakukan oleh sebagian orang yang membawa uang, lilin dan
munyak atau barang-barang lain untuk dijadikan sesajian di tempat para wali
adalah juga termasuk perbuatan yang diharamkan.
j.
Sembelihan Selain untuk Allah
Telah
menjadi kebiadaan orang-orang musyrikin melakukan penyembelihan qurban sebagai
sarana pendekatan diri kepada tuhan-tuhan dan berhala-berhala mereka. Semua ini
diharamkan.
“Ali ra. berkata:
“Rasulullah saw. bersabda kepadaku dengan empat kalimat: Allah melaknat orang
yang menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat orang yang melaknat kedua
orang tuanya, Allah melaknat orang yang melindungi penjahat dan Allah melaknat
orang yang merubah batas-batas tanah miliknya.” (HR. Muslim)
Untuk
memelihara tauhid dan menjauhkan perbuatan syirik, Islam melarang menyembelih
korban kepada Allah di tempat-tempat pelaksanaan sembelihan kepada selain
Allah.
k. Tathayyur
(Berperasaan sial)
Ialah
berfirasat buruk, berperasaan sial yang menimbulkan rasa pesimis karena
pengaruh berbagai suara tertentu yang didengar atau suatu kejadian yang dilihat
atau pun lainnya.
Hal
ini termasuk syirik karena dia tidak sepenuhnya bertawakkal kepada Allah, serta
menjadikan firasat buruk (perasaan sial) itu lebih berpengaruh daripada
tawakkalnya kepada Allah SWT.
“Siapa yang membatalkan
hajatnya karena tathayyur, maka sungguh dia telah berbuat syirik. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah: Apakah
kaffarah (tebusan denda) dari perbuatan tersebut? Dijawab oleh beliau: “Agar
engkau mengucapkan: “Ya Allah tidak ada sesuatu kebaikan kecuali kebaikanMu dan
tidak ada tathayyur (perasaan sial) kecuali tathayyur yang datang dariMu, dan
tidak ada Tuhan melainkan Engkau.” (HR. Imam Ahmad)
C. Hal- hal yang dapat menuju kemusyrikan
Islam
telah menentukan berbagai cara penyelamatan agar tidak terjerumus ke dalam
perbuatan syirik. Lubang-lubang yang dapat menghembuskan
angin kemusrikan antara lain :
a. Berlebihan
Dalam Mengagungkan Nabi
Nabi
Muhammad saw melarang umat Islam berlebihan mengagungkan dan memuji-munji
dirinya. Bila Rasulullah saw melihat / mendengar sesuatu yang dapat menjurus
kepada sikap yang melebih-lebihkan pribadinya, maka beliau mencegah
melakukannya. Kemudian beliau mengajarkan yang benar.
“Janganlah engkau
menyanjung-nyanjung aku sebagaimana umat Nashara menyanjung Isa bin Maryam.
Sesungguhnya aku adalah seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan
rasulNya.” (Muttafaq alaih)
b. Berlebihan
Menyanjung Orang Shaleh
Umat
Kristen berlebihan dalam mengagungkan Isa Almasih. Mereka juga berlebihan dalam
mengagungkan pendera dan rahib, sehingga menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan
disamping Allah.
c. Memuja
Kuburan
Islam
melarang beberapa perbuatan yang dapat mengarah kepada pemujaan kuburan :
menjadikan kuburan sebagai masjid, shalat menghadap kuburan, menyalakan lampu
dan lilin di atas kuburan, membangun dan mengapur kuburan, menulis di atas kuburan,
meninggikan kuburan, upacara dan peringatan di Kuburan
“Ketahuilah orang-orang
sebelum kamu telah menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah.
Ingat, kamu jangan menjadikan kuburan itu sebagai tempat ibadah, karena
sesungguhnya aku melarang kalian melakukan hal yang seperti itu.” (HR. Muslim)
“Janganlah engkau duduk
di atas kuburan dan janganlah engkau shalat menghadap kuburan.” (HR. Muslim)
“Jabir berkata:
Rasulullah saw. melarang mengapur kuburan, duduk di atasnya dan membangun bangunan
di atasnya.” (HR. Muslim)
“Nabi saw. mengutus
(Ali) dan memerintahkannya agar tidak membiarkan kuburan meninggi, kecuali dari
tanah kuburan itu sendiri.” (HR. Muslim)
d.
Meminta
Berkah Kepada Pepohonan dan Bebatuan
Berhala-berhala besar bangsa Arab pada mulanya
berbentuk patung besar seperti Lata atau pohon seperti Uzza atau
batu seperti Manat.
e. Ucapan
yang Dapat Menimbulkan Kemusyrikan
Sebagai
contoh :
·
Orang
berkata: “Apa yang dikehendaki Allah dan dikehendaki si A”
·
Kalimat
yang berbunyi: “Kalau bukan karena Allah dan si A, atau aku bergantung kepada
Allah dan kepadamu, atau pun ungkapan yang serupa dengan kalimat di atas.
·
Memberi
nama dengan nama-nama Allah atau nama yang seharusnya hanya untuk Allah
·
Pemberian nama manusia dengan Abdun
(hamba) selain Allah
·
Mencaci waktu (zaman) ketika seseorang
mendapat kesulitan atau musibah. Menghina waktu (masa) adalah termasuk suatu
keluhan terhadap Allah SWT.
D. Dampak syirik
a. Penghinaan
Manusia
Syirik
merupakan penghinaan terhadap kemuliaan manusia dan penurunan martabat serta
kedudukannya. Allah
memuliakan manusia dan mengajarkannya semua nama dan sebagian ilmu. Dia
menciptakan bagi manusia segala yang ada di langit dan di bumi dan
menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi ini. Tetapi manusia tidak dapat
menghayati martabatnya, sehingga menjadikan sebagian dari alam ini sebagai
tuhannya. Dia tunduk merendahkan dirinya, padahal sebenarnya dia adalah tuan
dari seluruh makhluk.
b. Sarang
Tahayyul
Orang
yang berkeyakinan terhadap adanya pengaruh lain di alam ini selain Allah – baik
berupa binatang, jin dan lain sebagainya – akal pikirannya telah siap menerima
setiap yang berbau tahayul.
c. Kezaliman
Yang Besar
Zalim
terhadap kebenaran, karena kebenaran yang paling agung adalah kalimat la
ilaha illallah. Zalim terhadap diri sendiri, karena orang musyrik
menjadikan dirinya sebagai budak dan hamba bagi makhluk lain, padahal ia
dicipta oleh Allah sebagai makhluk yang merdeka.
Dan (ingatlah ketika
Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman 31:13)
d. Sumber
Ketakutan
Orang
yang mempercayai khurafat, tahayul serta kebatilan akan menjadi seorang
penakut. Semuanya menimbulkan rasa pesimis, kebosanan, keguncangan jiwa, serta
ketakutan yang tidak dimengerti asal usul dan sebabnya.
“Akan Kami masukkan ke
dalam hati orang-orang kafir perasaan takut, disebabkan mereka menyekutukan
Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang
itu.” (QS. Ali Imran 3:151)
e. Penghambat
Jiwa Optimis
Syirik
mengajari penganutnya untuk berserah diri dan bertawakkal kepada perantara dan
pemberi syafaat mereka, sehingga terjerumus ke dalam berbagai dosa besar dan
menggantungkan diri kepada tuhan-tuhan batil dan palsu untuk mendapatkan
pengampunan dosa di sisi Allah.
E.
Dampak
Syirik di Akhirat
1.
Adamul
gufran (tidak
mendapat ampunan)
“Sesungguhnya Allah tidak akan Mengampuni dosa
syirik,dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa memperseku-tukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’ 4:48)
“Sesungguhnya Allah tidak Mengampuni dosa
memperseku-tukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia Mengampuni dosa yang selain dari
syirik itu bagi siapa yang Dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS.
An Nisa’ 4:116)
2. Itsmun
‘azhim (dosa besar) (4:48)
3. irmanul
Jannah (larangan masuk syurga)
“Sesungguhnya telah
kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah ialah al-Masih putra
Maryam”, padahal al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah
Tuhan-ku dan Tuhan-mu.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, maka pasti Allah Mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya
ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.”
(QS. Al-Ma-idah 5:72).
4.
Dukhulunnar (masuk
ke dalam neraka) (5:72)
5. Ihbathul
‘amal (penghapusan ‘amal/pahala)
“Dan
sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu,
“Jika kamu memperse-kutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar 39:65)
‘… Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka
kerjakan.” (QS. Al-An’am 6:88)
F.
Cara
menghindari perbuatan syirik
Ada beberapa cara agar kita bisa
terhindar dari kesyirikan, di antaranya adalah:
1. Dengan mengikhlaskan segala ibadah dan amal shalih kita hanya untuk mencari ridha Allah ta'ala semata.
Allah ta’ala berfirman:
1. Dengan mengikhlaskan segala ibadah dan amal shalih kita hanya untuk mencari ridha Allah ta'ala semata.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Mereka tidaklah diperintahkan
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan meninggalkan kesyirikan (hanif).” [QS Al Bayyinah: 5]
Di dalam hadits Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
Di dalam hadits Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
إنما الأعمال بالنية وإنما لامرئ ما
نوى
“Sesungguhnya amalan itu tergantung
niat dan setiap orang mendapatkan (ganjaran) sesuai dengan apa yang dia
niatkan.” [HR Al Bukhari (6689) dan
Muslim (1907)]
2. Mempelajari ilmu tauhid yang murni dan benar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
2. Mempelajari ilmu tauhid yang murni dan benar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا
يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah menghendaki
padanya kebaikan maka Allah akan memahamkannya di dalam perkara agama.”[HR Al Bukhari (71) dan Muslim (1037)]
Hadits di atas dengan jelas menunjukkan bahwa kunci untuk mendapatkan kebaikan agama adalah dengan mempelajari ilmu agama, dan kebaikan yang paling pokok adalah tauhid.
3. Mempelajari lawan dari tauhid itu, yaitu syirik, baik itu definisinya, jenis-jenisnya, dan contoh-contohnya. Karena untuk memmahami sesuatu itu terkadang kita juga harus mengenal lawannya. Lawan dari tauhid adalah syirik dan lawan dari sunnah adalah bid'ah.
Seorang sahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang bernama Hudzaifah ibnul Yaman radhiallahu ‘anhu berkata:
Hadits di atas dengan jelas menunjukkan bahwa kunci untuk mendapatkan kebaikan agama adalah dengan mempelajari ilmu agama, dan kebaikan yang paling pokok adalah tauhid.
3. Mempelajari lawan dari tauhid itu, yaitu syirik, baik itu definisinya, jenis-jenisnya, dan contoh-contohnya. Karena untuk memmahami sesuatu itu terkadang kita juga harus mengenal lawannya. Lawan dari tauhid adalah syirik dan lawan dari sunnah adalah bid'ah.
Seorang sahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang bernama Hudzaifah ibnul Yaman radhiallahu ‘anhu berkata:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ
عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
“Dahulu orang-orang bertanya kepada
Rasulullah صلى الله عليه وسلم tentang perkara kebaikan,
sedangkan saya bertanya kepada beliau tentang perkara kejelekan karena takut
akan menimpaku.” [HR Al Bukhari (3606) dan Muslim (1847)]
Seorang penyair berkata:
Seorang penyair berkata:
عرفت الشر لا للشر لكن لتوقيه ... ومن
لا يعرف الشر من الناس يقع فيه
“Aku mempelajari kejelekan bukanlah
untuk melakukan kejelekan itu, akan tetapi untuk menghindarinya. Barangsiapa
yang tidak mempelajari kejelekan (yang dilakukan) manusia, maka dia akan
terjatuh ke dalamnya.”
4. Memperbanyak doa kepada Allah agar diberikan keistiqomahan (keteguhan) di atas tauhid dan sunnah dan agar dijauhkan dari segala bentuk kesyirikan dan kebid'ahan baik yang kita ketahui ataupun tidak, baik yang kita sadari ataupun tidak.
Salah satu doa yang disebutkan oleh Allah ta’ala di dalam Al Qur`an adalah:
4. Memperbanyak doa kepada Allah agar diberikan keistiqomahan (keteguhan) di atas tauhid dan sunnah dan agar dijauhkan dari segala bentuk kesyirikan dan kebid'ahan baik yang kita ketahui ataupun tidak, baik yang kita sadari ataupun tidak.
Salah satu doa yang disebutkan oleh Allah ta’ala di dalam Al Qur`an adalah:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا
بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ
الْوَهَّابُ
“(Mereka berdoa): “Wahai Rabb
kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan sesudah Engkau
beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi
Engkau. Sesungguhnya Engkau-lah Al Wahhab (Maha Pemberi).” [QS Alu
Imran: 8]
5. Bergaul dengan orang-orang yang lurus dan teguh agamanya (ahlussunnah) dan menghindari pergaulan dengan orang-orang yang melakukan kesyirikan agar tidak terpengaruh dengan perbuatan mereka tersebut.
Hal inilah yang dicontohkan oleh para nabi dan rasul, di antaranya adalah Nabiyullah Ibrahim صلى الله عليه وسلمsebagaimana yang diceritakan oleh Allah di dalam Al Quran:
5. Bergaul dengan orang-orang yang lurus dan teguh agamanya (ahlussunnah) dan menghindari pergaulan dengan orang-orang yang melakukan kesyirikan agar tidak terpengaruh dengan perbuatan mereka tersebut.
Hal inilah yang dicontohkan oleh para nabi dan rasul, di antaranya adalah Nabiyullah Ibrahim صلى الله عليه وسلمsebagaimana yang diceritakan oleh Allah di dalam Al Quran:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا
بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ
وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى
تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
"Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kalian dari daripada apa yang
kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari (perbuatan) kalian dan telah nyata
antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai
kalian beriman hanya kepada Allah saja.” [QS
Al Mumtahanah: 4]
Demikianlah beberapa cara yang bisa ditempuh untuk menghindari kesyirikan. Sebagai tambahan, cara-cara di atas juga bisa diterapkan untuk menghindari perkara-perkara bid’ah.
Demikianlah beberapa cara yang bisa ditempuh untuk menghindari kesyirikan. Sebagai tambahan, cara-cara di atas juga bisa diterapkan untuk menghindari perkara-perkara bid’ah.
G.
Hikmah Menghindari Perbuatan Syirik
Seseorang
yang dapat membebaskan dirinya dari perbuatan syirik memiliki pengaruh dalam
kehidupan manusia secara nyata, antara lain:
1. Mengangkat manusia ke derajat paling
tinggi dan mulia.
2. Mengalirkan rasa kesederhanaan dan
kesahajaan.
3. Membuat manusia menjadi suci dan
benar
4. Memunculkan kepercayaan yang teguh
dalam segala hal, tidak mempunyai hubungan khusus dengan siapapun atau apapun
yang menyebabkan rusaknya iman.
5. Tidak mudah putua asa dengan keadaan
yang dihadapi.
6. Menumbuhkan keberanian dalam diri
manusia. Dalam hubungan ini ada dua hal yang membuat manusia menjadi pengecut,
yaitu takut mati, dan pemikiran yang menyatakan bahwa ada orang lain selain
Allah yang dapat mencabut nyawanya.
7. Mengembangkan sikap cinta damai dan
keadilan, menghalau rasa cemburu, dengki, dan iri hati.
8. Menjadi taat dan patuh kepada
hukum-hukum Allah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
a. Syirik
yaitu kepercayaan terhadap suatu benda yang mempunyai kekuatan tertentu atau
juga mempercayai hal-hal selain Allah Swt. Orang yang mempercayai hal tersebut
dinamakan Musyrik. Sedangkan orang musyrik itu adalah orang yang
mempersekutukan.
b. Sikap
syirik dapat merusak, bahkan dapat menggugurkan aqidah Islam. Oleh karena itu,
kita harus berhati-hati jangan sampai gerak hati, ucapan, dan perbuatan kita
terbawa kedalam kemusyrikan. Sebab ada syirik kecil dan syirik besar. Syirik
kecil dapat berubah menjadi syirik besar.
Ada
beberapa cara agar kita bisa terhindar dari kesyirikan, di antaranya adalah:
1. Dengan mengikhlaskan segala ibadah dan amal shalih kita hanya untuk mencari ridha Allah ta'ala semata.
1. Dengan mengikhlaskan segala ibadah dan amal shalih kita hanya untuk mencari ridha Allah ta'ala semata.
2. Mempelajari ilmu tauhid yang murni dan benar sesuai
dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
3. Mempelajari lawan dari tauhid itu, yaitu syirik, baik itu definisinya, jenis-jenisnya, dan contoh-contohnya.
3. Mempelajari lawan dari tauhid itu, yaitu syirik, baik itu definisinya, jenis-jenisnya, dan contoh-contohnya.
4. Memperbanyak doa kepada Allah agar diberikan keistiqomahan (keteguhan) di atas tauhid dan sunnah dan agar dijauhkan dari segala bentuk kesyirikan dan kebid'ahan baik yang kita ketahui ataupun tidak, baik yang kita sadari ataupun tidak.
4.
Bergaul
dengan orang-orang yang lurus dan teguh agamanya (ahlussunnah) dan menghindari
pergaulan dengan orang-orang yang melakukan kesyirikan agar tidak terpengaruh
dengan perbuatan mereka tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA

Tidak ada komentar: