PENDAHULUAN
Pendidikan sebagai penopang kehidupan di masa depan agar tetap di
jalan yang benar diharapkan dapat menciptakan insan kamil yang dipenuhi dengan
akhlak yang mulia. Akhlak adalah cerminan diri manusia yang merefleksikan
kebaikan atau keburukan yang ada di dalamnya, kemuliaan seseorang dapat dilihat
dari akhlaknya dan Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan
akhlak di muka bumi ini.
Pendidikan akhlak
merupakan penidikan yang berusaha mengenalkan, menanamkan serta menghayatkan
anak akan adanya sistem nilai yang mengatur pola, sikap dan tindakan manusia
atas isi bumi. Ada tiga pola hubungan seorang manusia dalam kehidupan yaitu hablumminallah,
hablumminannas, dan hablumminal alam.
Pendidikan akhlak
terhadap anak sangat penting untuk diperhatikan, karena anak adalah generasi
penerus bangsa yang menjadi estafet dalam kemajuan peradaban manusia. Namun,
tidak dipungkiri di era global ini realita menunjukkan hal yang mengejutkan
karena dengan mudahnya anak didik yang disekolahkan secara formal memiliki
akhlak yang kurang baik dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Degradasi moral ini membuktikan bahwa sekolah belum mampu menyediakan
pendidikan akhlak yang seimbang dan para pendidik juga kurang memahami
pentingnya pendidikan akhlak bagi peserta didik dan sebagai akibatnya tidak
sedikit para alumni dunia persekolahan yang menjadi trouble maker bagi
negara.
Tingkat akhlak
seseorang tidak bisa dipisahkan dengan tingkat pemahamannya tentang agama
Allah. Alqur’an mengajarkan bagaimana pendidikan akhlak menurut Islam yang
antara lain dituangkan dalam surat
Luqman sebagaimana akan dibahas pada kesempatan kali ini.
PEMBAHASAN
Urgensi pendidikan akhlak dalam kehidupan adalah agar tercapainya
tujuan pendidikan terutama di Indonesia yaitu untuk mencerdaskan bangsa dan
mensejahterakan rakyatnya. Bagaimana rakyat bisa sejahtera jika korupsi, kolusi
dan nepotisme merajalela di negeri kita, hal ini sangat kontras dengan tujuan
dan target pendidikan di atas.
Adanya fenomena tersebut sangat berkaitan erat dengan akhlak yang
mendominasi para alumni pendidikan di negara kita. Dominasi akhlak yang baik
dapat diukur dengan tingkat pemahaman dan pengamalan agamanya. Banyak orang
yang belajar dan paham tentang agama Islam, tetapi karena belum menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari maka mereka juga terjebak dengan rayuan dunia yang
membawa pada kemurkaan Allah.
Pendidikan akhlak adalah suatu pendidikan yang berusaha
mengimplementasikan nilai keilmuan seseorang dalam bentuk perilaku, sebab
pendidikan akhlak adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan
agama. Oleh karena itu, sesuatu dianggap baik atau buruk oleh seseorang
manakala berdasarkan agama.
Setidaknya ada tiga hal nilai pendidikan akhlak dalam surat Luqman,
yiatu mensyukuri nikmat Allah, berbakti kepada orang tua, dan mengajarkan etika
pergaulan bermasyarakat.
a.
Mensyukuri
Nikmat Allah
Nikmat Allah tiada tandingannya, sadar atau tidak sadar manusia
tidak akan dapat hidup tanpa nikmat yang dikaruniakan Allah padanya. Tidak
terhitung betapa banyak nikmat yang telah kita dapat dan sudah sepantasnya kita
bersyukur setiap saat. Sebagaimana Firman Allah dalam surat An-Nahl[16] : 18
sebagai berikut :
bÎ)ur (#rãès? spyJ÷èÏR «!$# w !$ydqÝÁøtéB 3 cÎ) ©!$# Öqàÿtós9 ÒOÏm§ ÇÊÑÈ
18. dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu
tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
Menurut Wahbah Azzuhaili menunjukkan betapa pentingnya mensyukuri
nikmat Allah. Andai manusia ingin menghitung dan mengidentifikasi nikmat Allah,
niscaya tidak akan mampu karena keterbatasan kemampuan akal manusia.
Nikmat adalah kesenangan, pemberian atau karunia yang diberikan-Nya
kepada manusia. Imam Ghazali menyatakan bahwa nikmat adalah setiap kebaikan
yang dapat dirasakan kelezatannya dalam kesenangan hidup, tetapi nikmat yang
sejati adalah kesenangan di akhirat.
Syukur menurut Hamka adalah orang yang mempu mempertinggi dirinya
sendiri dengan cara mengenang dan menghargai jasa orang lain. Dalam kehidupan
sehari-hari kita biasanya mewujudkan rasa syukur kita dengan ucapan “syukur”
atau “alhamdulillah”, terdapat perbedaan antara kata asy-syukr
(berterimakasih) dan kata al-hamd (memuji) yang terletak pada tingkat
pelaksanaannya. Kata al-hamd kadang hanya diucapkan secara lisan saja
tanpa tindakan, sedangkan kata asy-syukr biasanya sudah mencakup syukur
secara lisan dan perbuatan.
Perlu adanya proses perenungan atau tafakkur saat melakukan
aktivitas syukur agar lebih baik. Terdapat proses pengolahan informasi di
dalamnya sebagaimana teori belajar, dalam proses tersebut informasi yang masuk
melalui panca indera kemudian akan dibawa pada sistem ingatan jangka pendek dan
jangka panjang. Agar informasi yang masuk tidak terjadi kelupaan, maka perlu dua
hal, yaitu: pertama, orang harus menaruh perhatian pada informasi jika
mereka ingin tetap mempertahankannya. Kedua, informasi yang masuk harus
dibawa ke dalam alam kesadaran.
Dengan adanya proses mensyukuri yang dibarengi dengan tafakkur maka
dapat membangkitkan kepekaan sosial dan menumbuhkembangkan rasa tenggang rasa.
Sebagaimana sabda Nabi SAW: “Taklah bersyukur kepada Allah SWT orang yang tidak
pandai bersyukur kepada sesama manusia”
Pada hakikatnya Allah tidak memerlukan syukur manusia, tetapi manusia
sendirilah yang memerlukannya. Menurut Hamka dengan bersyukur menjadikan
manusia berakhlak, dengan demikian akan mempertinggi nilai kualitas
kepribadiannya. Bila manusia kufur berarti ia akan merendahkan diri sendiri.
Firman Allah dalam Q.S Ibrahim[14] :7
øÎ)ur c©r's? öNä3/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ ( ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9 ÇÐÈ
7. dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih".
b.
Berbakti
Kepada kedua Orang Tua
Begitu besar jasa orang tua kita hingga Allah menempatkan kedudukan
orang tua di posisi yang wajib dihormati meskipun orang tua kita
mempersekutukan Allah, kita tetap wajib menghormati dan berbuat baik kepada
mereka, namun kita tidak boleh mengikuti ajaran mereka untuk meninggalkan
ketauhidan kepada-Nya. Sebagaimana Allah perintahkan dalam firman-Nya Q.S
Luqman[31] : 15
bÎ)ur #yyg»y_ #n?tã br& Íô±è@ Î1 $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ xsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur @Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ
15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka
Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Bentuk bakti kita kepada orang tua adalah dengan menghormatinya
secara tulus dan ikhlas yang diwujudkan dengan penerimaan kita atas kondisi
fisik maupun non fisik orang tua kita, menghayati pengorbanan beliau dalam
merawat dan mendidik kita sebagai anak.
Selain itu komunikasi yang terjalin, sikap dan perilaku yang baik
kepada orang tua menunjukkan bahwa kita hormat kepada beliau. Begitu pentingnya
penghormatan terhadap orang tua, hingga banyak ayat dalam alQur’an yang
membahas tentang ini dan juga hadis Nabi SAW yang artinya: “ingatlah
kuberitakan kepadamu tentang dosa-doasa yang paling besar? Beliau mengucapkan
tiga kali, mereka menjawab benar ya Rasulullah, Beliau bersabda,
mempersekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua dan kesaksian palsu (HR.
Bukhori)
Bakti kepada orang tua tidak hanya disaat mereka masih hidup, namun
saat mereka sudah tidak ada lagi di dunia ini juga kita harus tetap berbakti
dengan mendoakannya. Sebagaimana hadis Nabi SAW yang artinya:”Apabila seseorang
meninggal dunia, maka putuslah semua amalnya kecuali tiga hal: yaitu, shodaqah
jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang sholeh (HR. Muslim).
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah
dikisahkan: suatu hari Rasulullah SAW berkesempatan memasuki syurga. Nabi
menyaksikan ada seorang yang terheran-heran karena mendapatkan kenikmatan yang
tinggi di syurga. Lalu orang tersebut bertanya, “Ya Rabbi, dari manakah aku
peroleh smua kenikmatan ini?”. Jawab Allah SWT, “Ini berkat doa anakmu yang
ditujukan kepadamu sesudah kamu meninggal”.
c.
Mengajarkan
Akhlak Bermasyarakat
Pendidikan dalam keluarga dan sekolah saja tidak cukup untuk bekal
bagi anak-anak, pendidikan etika di dalam masyarakat juga memegang peranan
penting dalam kehidupan. Pendidikan etika dan tata cara pergaulan di masyarakat
akan dengan jelas terlihat dalam Q.S Luqman[31]:18-19. Muhammad Jawad Mafniyyah
dalam Tafisr al-Kasyaf menjelaskan bahwa pada hakikatnya ayat ke 18
tersebut mengajarkan dua hal yang cukup esensial dalam bermasyarakat. Pertama,
tentang bagaimana bertegur sapa dengan sesama manusia yakni mengarahkan
wajahnya saat berpapasan dan tidak memalingkannya. Kedua, berjalan tidak
dengan cara yang angkuh di muka bumi. Sedangkan ayat ke 19 merupakan negasi
dari ayat sebelumnya, tentang etika bermasyarakat.
Beberapa cara yang dapat diajarkan dalam pendidikan bermasyarakat
antara lain:
1.
Memberi
contoh yang baik kepada anak dalam tingkah laku sosial
2.
Menjadikan
rumah sebagai tempat terciptanya hubungan sosial yang baik dan harmonis
3.
Membiasakan
bertahap hidup mandiri dan belajar memikul tanggung jawab dan membimbing jika
bersalah dengan cara yang lemah lembut
4.
Menjauhkan
dari sifat manja dan berfoya-foya, menghina dan merendahkan serta kekerasan
5.
Memperlakukan
anak dengan lemah lembut dan menghormati di depan teman-temannya
6.
Menolong
anaknya dalam menjalin persahabatanyang mulia dan berhasil
7.
Mengarahkan
mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang membuat anak bisa mandiri dari segi
ekonomi dan emosi
8.
Membiasakan
hidup sederhana agar siap menghadapi kesulitan hidup
9.
Bersifat
adil di antara mereka
10. Membiasakan cara Islam dalam kehidupan, seperti adab berjalan,
silaturrahmi, dan segala kegiatan dalam kehidupan
Kebiasaan
orang tua yang baik dalam bermasyarakat akan memberikan dampak positif bagi
anak, anak akan melihat dan meniru bagaimana orang tua dan lingkungannya
berinteraksi dalam kehidupan. Kebiasaan baik akan membuat mereka lebih diterima
di masyarakat di manapun mereka berada. Peran serta anak dalam kegiatan
bermasyarakat seperti kerja bakti desa, bakti sosial, partisipasi lomba dan
sebagaimana merupakan sarana untuk pengembangan kepribadian dan pendewasaan
orang tua bagi anaknya.
PENUTUP
Urgensi
pendidikan agama Islam sebagai pintu utama pembentukan akhlak yang baik bagi
anak dapat dipahami dari cara Luqman membimbing anak-anaknya yang hingga saat
ini masih banyak para pendidik muslim yang mengambil nasihat-nasihat Luqman
sebagai teladan bagi anak-anaknya.
Sumber
keutamaan dan pembangkit segala kebaikan akan didapat dari pendidikan agama
Islam, pendidikan agama Islam merupakan pintu untuk memasuki pintu berislam.
Tanpa pendidikan Islam yang baik, mungkin seorang anak tidak dapat mengenal
tanggung jawabnya sebagai hamba Allah SWT (abdullah) dan wakil Allah SWT
(khalifahtullah) di muka bumi ini. Dan kemungkinan terburuknya adalah
mereka tidak akan pernah menjadi manusia insanul taqmim (manusia
paripurna).
Sumber:
Mukodi. Pendidikan Islam Terpadu Reformulasi Pendidikan di Era Global. Yogyakarta:
Aura Pustaka. 2011.

Tidak ada komentar: