Oleh:
Sitri Kurnia Haya
Uin
Sunan Kalijaga Yogyakarta
A. PENDAHULUAN
Saat ini jiwa-jiwa kami
berada dalam suatu majelis yang mengedepankan komitmen tinggi, jiwa yang
tangguh, hati yang penuh keikhlasan dan prasangka baik. Kami berkumpul disini
dari baground keilmuan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya,
berbeda juga tanah kelahiran, apalagi isi kepalanya tak mugkin dapat disamakan.
Namun yang sama adalah kami direkrut menjadi satu agar dapat mendapat keilmuan
dan bermanfaat bagi umat.
Dalam perekrutan calon
penerima beasiswa mandiri 7 DPUDT yang lalu ada banyak persyaratan yang sangat
berbeda dengan proses seleksi calon penerima beasiswa dari kebanyakan lembaga
yang memberikan beasiswa bagi para mahasiswa seperti, ada agenda solo bivac,
outbound, membawa segala macam alat ibadah, tidak boleh memakai jeans, tidak
boeh berpakaian ketat, memakai dalaman rok (leging) dan masih banyak
persyaratanlainnya. banyak yang terkejut karena ini lebih mirip syarat seleksi
masuk pondok pesantren daripada syarat penerima beasiswa.
Namun yang menarik untuk
dukupas lebih dalam adalah wajah-wajah menenangkan dalam majelis beasiswa
mandiri ini. Mahasiswa dan mahasiswi yang mengedepankan aklakhul karimah dan
pakaian yang indah. Mereka mengenakan pakaian muslim satu paket dengan
aksesorisnya yang pantas. Tidak ada yang berpakaian bermewah-mewahan, tidak
juga memakai celana. Hal ini tidak terhenti sampai disini, keindahan ini
berpengaruh pada yang awalnya belum mengenakan jilbab dengan baik.
Jilbab
merupakan bagian dari syari’at yang penting untuk dilaksanakan oleh seorang
muslimah. Ia bukanlah sekedar identitas atau menjadi hiasan semata dan juga
bukan penghalang bagi seorang muslimah untuk menjalankan aktivitas
kehidupannya. Menggunakan jilbab yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah wajib dilakukan oleh setiap muslimah, sama
seperti ibadah-ibadah lainnya seperti sholat, puasa yang diwajibkan bagi setiap
muslim. Ia bukanlah kewajiban terpisah dikarenakan kondisi daerah seperti
dikatakan sebagian orang (karena Arab itu berdebu, panas dan sebagainya). Ia
juga bukan kewajiban untuk kalangan tertentu (yang sudah naik haji atau anak
pesantren).
B. PEMBAHASAN
Lebih jauh, diluar sana
yang menarik ketika saya tanpa disengaja memperhatikan tiap-tiap penutup kepala
kaum annisa pada hampir pertengahan tahun 2013 ini. Mereka mathcing dengan
warna-warni, berbagai model dan style yang sepadan dengan atasan dan
bawahan baju yang sedang dikenakan. Nama yang terkenal dari model jilbab saat
ini pun sangat unik seperti, altis printing, picanto, kerudung
pilota.
Secara bahasa,
dalam kamus al Mu’jam al Wasith 1/128, disebutkan bahwa jilbab
memiliki beberapa makna, yaitu:
1.
Qomish (sejenis jubah).
2.
Kain yang menutupi seluruh
badan.
3.
Khimar (kerudung).
4.
Pakaian atasan seperti
milhafah (selimut).
5.
Semisal selimut (baca:
kerudung) yang dipakai seorang wanita untuk menutupi tubuhnya.
Adapun secara istilah,
berikut ini perkataan para ulama’ tentang hal ini.
Ibnu Hazm rahimahullah mengatakan, “Jilbab
menurut bahasa Arab yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah pakaian yang menutupi seluruh badan, bukan hanya sebagiannya.” Sedangkan Ibnu Katsir mengatakan, “Jilbab
adalah semacam selendang yang dikenakan di atas khimar yang sekarang ini sama
fungsinya seperti izar (kain penutup).”(Syaikh Al Bani dalam Jilbab
Muslimah).
Syaikh bin Baz (dari
Program Mausu’ah Fatawa Lajnah wal Imamain)
berkata, “Jilbab adalah kain yang diletakkan
di atas kepala dan badan di atas kain (dalaman). Jadi, jilbab adalah kain yang
dipakai perempuan untuk menutupi kepala, wajah dan seluruh badan. Sedangkan
kain untuk menutupi kepala disebut khimar. Jadi perempuan menutupi dengan jilbab,
kepala, wajah dan semua badan di atas kain (dalaman).” (bin Baz, 289). Beliau juga
mengatakan, “Jilbab adalah rida’ (selendang) yang
dipakai di atas khimar (kerudung) seperti abaya (pakaian wanita Saudi).”(bin
Baz, 214). Di tempat yang lain beliau mengatakan, “Jilbab
adalah kain yang diletakkan seorang perempuan di atas kepala dan badannnya
untuk menutupi wajah dan badan, sebagai pakaian tambahan untuk pakaian yang
biasa (dipakai di rumah).” (bin
Baz, 746). Beliau juga berkata, “Jilbab adalah semua kain yang
dipakai seorang perempuan untuk menutupi badan. Kain ini dipakai setelah
memakai dar’un (sejenis jubah) dan khimar (kerudung kepala) dengan tujuan
menutupi tempat-tempat perhiasan baik asli (baca: aurat) ataupun buatan (misal,
kalung, anting-anting, dll).” (bin
Baz, 313)
Mereka membawa pakaian
santun ini tidak hanya dilingkungan rumah namun juga di sekolah, kampus, pasar,
pusat perbelanjaan, mall bahkan di tempat-tempat wisata. Hal ini dapat menjadi
suatu hal yang membawa islam dalam masa Reinainsenya. Karena kita semua tahu
ada juga golongan kaum hawa yang bangga buka-bukaan saat berada ditempat umum.
Ini bukan pakaian biasa, karena kerudung atau yang biasa disebut dengan jilbab
dapat membawa pemakainya dalam perjalanan rohani yang luar biasa, perjalan
spiritual yang tiada tandingannya bahkan menjaga penggunanya untuk melangkah
pada tempat dan perbuatan yang tidak pantas bagi seorang wanita.
Ini tentu bukan bualan
belaka karena, banyak cerita yang mengalir dari yang telah menutup auratnya
dengan kaffah dengan niatan tunggal karena Allah. Ini jelas karena Allah telah
menganugerahi mereka dengan rasa tenang yang luar biasa. Hal inilah yang kami
temui dalam keseharian mahasiswi yang ada di dalam beasiswa mandiri. Hijab
membawa mereka dalam kehidupan yang disiplin dan semangat berdakwah luar biasa.
Membuat muslimah-muslimah tangguh ini tidak hanya terlena dengan agenda
akademik seperti mahasiswi yang cenderung sangat akademis namun mentah secara
sosial.
Mereka mampu membagi antara
waktu kuliah, organiasi, komitmen di program beasiswa mandiri dan kegiatan
bermanfaat lainnya. Dan dengan berbagai kegiatan ini tidak membuat mereka
berhenti berprestasi, bahkan mencapai ipk lebih dari 3,50. Saya jadi teringat
ketika mengikuti bedah buku pelangi diatas pelangi milik Oki setiana dewi.
Beliau adalah cermin bagi yang masih meragukan the power of hijab karena
beliau adalah sosok luarbisa, berasal dari muslimah yang berbground selebriti
namun dengan niatan yang tinggi menyempurnakan dan menjulurkan hijabnya hingga
ke dada. Bahkan mendakwahkannya dalam album hijab i'm in love.
Ada beberapa anggapan bahwa jika kepala
sudah ditutup selembar kain maka sudah lepas kewajiban dan perkara berhijab
ini, sehingga banyak yang bertahan dengan jilbab menjulur hingga ke leher saja,
sangat tipis bahkan ada yang dengan sengaja memamerkan poni. Namun, tetap tidak
ada yang berhak menghujat sesama makhluk Allah. Kita harus saling membimbing
karena masih dalam proses belajar (berhijab) surat An Nuur ayat 31,
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى
جُيُوبِهِنَّ
“Dan hendaklah
mereka menutupkan khimar ke dadanya.”
Khumur merupakan
jamak dari kata khimar yang berarti sesuatu yang dipakai
untuk menutupi bagian kepala. Sayangnya, pemakaian khimar ini sering dilalaikan
oleh muslimah sehingga seseorang mencukupkan memakai jilbab saja atau hanya
khimar saja. Padahal masing-masing wajib dikenakan, sebagaimana terdapat dalam
hadits dari Sa’id bin Jubair mengenai ayat dalam surat Al Ahzab di atas, ia
berkata, “Yakni agar mereka melabuhkan
jilbabnya. Sedangkan yang namanya jilbab adalah qina’ (kudung) di atas khimar.
Seorang muslimah tidak halal untuk terlihat oleh laki-laki asing kecuali dia
harus mengenakan qina’ di atas khimarnya yang dapat menutupi bagian kepala dan
lehernya.”
Tidak akan ada yang berbeda
ketika muslimah membulatkan niat untuk menutup aurat, tidak ada yang akan
mengekang ketika muslimah membulatkan tekad untuk behijab secara kaffah. Semua
tetap akan berjalan, yang ada bahkan ketenangan dan nuansa religi yang
luar biasa yang akan Allah anugerahkan. Semoga yang memiliki jiwa ini menjaga
kita dari sifat "bangga memamerkan keindahan tubuh dan aurat".
Lindungi kami ya Allah......
Tidak ada komentar: