"Jangan atas nama dakwah, terbengkalai kuliah..."

Itulah salah satu nasihat yang dilontarkan Ustadz Roni Abdul Fattah di awal acara upgrading pengurus relawan dan beasiswa mandiri DPU Daarut Tauhiid pada kesempatan kemarin, Jumat 18 Maret 2016 jam 14.00 di Goebog Resto, Banguntapan, Bantul.

Ustadz Roni, sapaan akrab beliau, adalah salah satu asaatidz dari DPU Daarut Tauhiid Bandung. Di sela-sela kunjungan beliau ke Jogja, Ustadz Roni menyempatkan diri untuk bertemu pengurus relawan dan beasiswa mandiri sebelum jam keberangkatan pesawat beliau di sore hari, dan memberi beberapa nasihat penyemangat kepada para pemuda pejuang dakwah.

Ustadz Roni Abdul Fattah sedang menyampaikan materi upgrading

Pemuda adalah salah satu ujung tombak perjuangan. Lebih mudah menggerakkan para pemuda daripada orang tua. Orang tua memiliki beban yang lebih daripada pemuda. Misalnya saja: dalam hal kesehatan. Umumnya, para pemuda memiliki fisik yang segar bugar, sedangkan orang tua lebih rentan terhadap penyakit. Pemuda memiliki semangat yang menggebu-gebu dan aksi yang lincah.

Seseorang dikatakan pemuda (syabab) jika usianya berkisar antara usia baligh sampai dengan 40 tahun, itu menurut tradisi Islam. Pada kesempatan upgrading tersebut, Ustadz Roni berbagi kisah-kisah tentang para pemuda muslim yang dapat menginspirasi kita.

Para sahabat yang pertama kali masuk Islam, sebagian besar adalah pemuda. Misalnya saja: Abu Bakar (37-38th), Ali bin Abi Thalib (10th), Zaid bin Haritsah (15th), Utsman bin Affan (22th), dan sahabat-sahabat lainnya. Pemuka-pemuka Quraisy yang biasanya sudah lebih berumur, lebih susah untuk menerima dakwah karena terlalu banyak mikir dan gengsi. Misalnya saja, Abu Thalib, paman nabi yang sangat menyayangi dan melindungi Rasulullaah saw., tidak masuk Islam karena memikirkan nasib kaumnya. Abu Jahal tidak mau masuk Islam karena tidak mau bersanding sejajar dengan para budak yang juga masuk Islam.

Para pemuda lah yang lebih mudah menerima Islam. Madinah Al-Munawaroh juga "dibuka" oleh para pemuda berumur 20 tahunan yang telah dibaiat Aqabah setelah mereka melakukan haji di baitullaah.

Ustadz Roni juga menyampaikan kisah Ashabul Kahfi, tujuh pemuda yang bersembunyi dalam gua untuk mempertahankan aqidahnya dari tekanan raja saat itu yang kafir. Lalu para pemuda tersebut ditidurkan oleh Allaah swt selama 300 tahun Masehi (309 tahun Hijriah).

Pemuda yang tumbuh dengan banyak ibadah kepada Allah adalah salah satu dari tujuh golongan yang akan dinaungi Allaah swt. ketika hari akhir kelak di Padang Mahsyar.

Zionis yang memerangi Islam sadar akan kekuatan tersembunyi yang dimiliki oleh para pemuda. Maka, zionis mengagendakan program-program pelemahan pemuda yang disebut 3F: Food, Fun, Fashion. Selain itu, terdapat pula program 3S: Sport, Sound (nyanyian), dan Sex. Lalu bukan berarti kita tidak boleh melakukan olahraga, melainkan kita dilarang ikutan program-program olahraga yang melalaikan kita misalnya: judi pemenang suatu pertandingan olahraga. Para pemuda yang telah terlena tidak akan bergerak untuk memerangi zionis ataupun memperjuangkan kebaikan.

Kesimpulannya, kita para pemuda harus bersemangat tinggi dalam berdakwah dan menebar kebaikan, mumpung kita berada dalam rentang usia yang produktif. Jangan jadikan kegiatan lain sebagai alasan hambatan, misalnya saja kuliah. Banyak santri didik ustadz Roni yang kuliah berhasil, ilmu agama juga meningkat. Ada kok santri-santri yang bisa menghafalkan 30 juz Al-Qur'aan dalam beberapa tahun atau bahkan beberapa bulan saja, dan kuliahnya tetap selesai tepat waktu.

Begitulah kiranya materi yang telah disampaikan oleh Ustadz Roni dalam kegiatan upgrading ini. Acara ini lalu diakhiri dengan ramah tamah, makan sore bersama, dan shalat ashar berjamaah. Semoga kegiatan upgrading ini dapat meng-upgrade pribadi para pengurus relawan dan beasiswa mandiri menjadi pribadi yang semakin bersemangat dalam beraksi, berjuang, dan memanfaatkan waktunya sebaik mungkin.